Taram-22/08/2022. Petani Jagung di Kabupaten Lima Puluh Kota tepatnya di Jorong Tanjuang Ateh Nagari Taram Kecamatan Harau boleh berbangga hati karena pada panen Kelompok Tani Babaliak ka Dangau dapat menghasilkan produksi jagung yang tinggi. Dari luas lahan atau lahan laboratorium (LL) seluas 1 Ha pada sekolah lapang sistem tanam jagung zigzag dengan jarak tanam dalam barisan 35 cm dan jarak antar barisan 75 cm, bibit yang dipakai adalah bibit jagung pioneer 32 dengan jumlah bibit yang ditanam per lubangnya adalah 1 (satu) biji, dapat menghasilkan produksi sebanyak 8,2 Ton.
Perhatian Pemerintah Daerah Kabupaten Lima Puluh Kota sangat besar terhadap pertanian salah satu diantaranya adalah komoditi jagung dengan mengusung Program Unggulan Kepala Daerah yaitu membuka lahan jagung seluas 20.000 Ha di Kabupaten Lima Puluh Kota. Selain itu juga didukung dengan adanya Program dari Dinas Tanaman Pangan Hortikultura dan Perkebunan Kabupaten Lima Puluh Kota melalui Kegiatan IPDMIP (Integrated Participatory Development and Management of Irrigation Project), dengan memberikan bantuan bibit jagung pioneer 32 sebanyak 35 kg, pupuk NPK 100 Kg, Urea 100 Kg, Kompos 400 Kg dan Dolomit sebanyak 300 Kg yang diberikan kepada kelompok tani Babaliak ka Dangau.
Bupati Lima Puluh Kota Safaruddin Dt. Bandaro Rajo menyatakan kebutuhan jagung di Kabupaten Lima Puluh Kota mencapai 600 Ton/ hari “ kebutuhan jagung Lima Puluh Kota 600 ton per hari dan 200.000 ton per tahun, sedangkan produksi yang dihasilkan saat ini 37.000 ton masih kurang untuk pakan ayam petelur dan pedaging” kata Bupati (sumber klik positif.com).
Ketua Kelompok Tani Babaliak ka Dangau Ibu Pitra Andalia menuturkan “jujur kami baru kali ini menanam jagung dengan sistem zigzag dengan jarak tanam menyerupai tanaman sawit dan hanya menanam 1 ( satu) biji per lubang tanam. Awalnya kami ragu dengan sistem ini karena biasanya kami menaman dengan pola konvensional, itu pun 2 (Dua) biji per lubang tanam dengan hasil rata-rata hanya 2 s/d 2,5 ton/ha sebelum kami melakukan sekolah lapang IPDMIP ini, Alhamdulillah ternyata hasilnya sangat memuaskan karena produksi naik menjadi 8,2 ton/ha” tuturnya.
Ibu Renggi Renggo Geni anggota Kelompok Tani Babaliak ka Dangau juga menambahkan “dari luas lahan labor 1 (satu) Ha yang kami kelola/tanam dengan sistem zigzag, biasanya tanaman jagung kami dimakan tikus, buah kecil dan untuk penanaman kembali kami harus mengolah lahan terlebih dahulu tidak seperti zigzag yang satupun dari luas lahan 1 Ha ini tidak ada satupun yang dimakan tikus karena nilai estetika dari lahan juga tinggi tidak ada gulma yang tumbuh diantara tanaman jagung kami, buah besar dan 15 hari sebelum panen kami sudah bisa menanam kembali dan kami akan konsisten memakai pola tanam zigzag di lahan kami masing-masing untuk kedepannya, karena kami sudah merasakan keunggulan dan keuntungan pola tanam sistem zigzag ini” kata beliau.
Program Sekolah Lapang IPDMIP kepada petani dan gapoktan sebagai upaya meningkatkan produksi padi dan jagung akan terus dilanjutkan untuk mewujudkan kedaulatan pangan dan meningkatkan kesejahteraan petani. JP
Feedback